*El
Maafku. Enggan menemani sekedar ajakan yg kau kirim lewat sebuah pesan sederhana. Aku takut, takut merasa hal sama.
Kelu pun bahagia, dalam satu waktu. Sakit, menahan rindu meletup-letup seperti popcorn di wajan panas. Aku bisa apa? Parasmu saja aku lupa.
Ingatkah di terakhir malam pelukanmu lepas? Senyum getir sudut bibir. Aku mengapung pulang, sayang. Detik itu, aku mulai mengeja bayang.
Kemudian, sebuah subuh lalu. Kala kata penat semakin mengerat. Tiba-tiba namamu dalam doa. Masih pantaskah aku berharap kau bahagia? Ya! Disana.
Kukulum perdu atau bunga yang ke sekian kusesap. Adalah isyarat bahwa kau pernah nyata. Teruslah berjalan! Hingga sahaja datang padamu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar