Rabu, 19 Januari 2011

Si Gadis Berkuncir Merah

#30HariMenulisSuratCinta
Day -6

Malam ini! Kesekian kalinya, insomnia bak tamu harian. Datang tanpa permisi. Merayu pergi. Tentu saja, hanya sekedar mencari secangkir kopi dan sedikit keramaian. Tak perlu berlebihan. Tak perlu kejauhan. Berkejaran dengan deadline presentasi kakak besok pagi.
Angin agaknya membebaskan akal liarnya. Dingin. Kamu tiba-tiba menggamit lengan, melambaikan iba dari saku atau dompet coklat yang kakak bawa. Dilampu merah yang labil itu mata tertawan. Mengingatkan pada Esti, bocah kecil yang suka dongeng kakak dipengungsian. Maaf, kakak tak biasa memberi segenggam koin. Bukan karena tak mau atau tak mampu. Gadis sepertimu masih punya harapan, nak. Kalau malam-malam begini kamu masih sibuk disini, bagaimana sekolahmu besok? Kakak tahu yang duduk dipojok sedang asyik main kartu itu orang tuamu. Kadang tertawa terbahak, menunggu hasil jerih payahmu, lalu pedulikah ia?
Andai kakak punya kesempatan mencuci, menyisir, lalu memberi pelembab dirambutmu itu. Agar leluasa menari mengikuti irama langkahmu. Pasti kamu makin cantik. Kuncir merahmu itu lucu. Kumal tetapi membuatmu menawan.
Di angkringan langganan, kakak sengaja pesan beberapa plastik teh panas dan nasi kucing untukmu serta temanmu. Entah, lebih suka memberimu ini. Kakak suka senyummu saat dipanggil. Selamat makan ya. Jangan sampai orangtuamu tahu, ada lembaran uang yang kakak selipkan dibungkus nasimu. Itu jatah uang jajan juga tabunganmu. Terima kasih atas setengah jam yang kamu sempatkan. Lain kali kita cerita soal cita-cita. Besok kalau ada waktu, kakak belikan buku yang kamu butuhkan itu di toko buku shopping. Dengan catatan kalau ada loh ya... Selamat tidur gadis kecil. Selamat menganyam harapan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar