Eks:
Lyric : Hujan Jangan Marah – Efek Rumah Kaca
Lihatkah? Aku pucat pasi, sembilu hisapi jemari
Setiap ku peluk dan menangisi hijau pucatnya cemara... aah...
Yang sedih aku letih
Dengarkah? Jantungku menyerah, terbelah ditanah yang merah
Gelisah dan hanya suka bertanya pada musim kering... aah...
Melemah dan melemah
Hujan, hujan jangan marah...aah... aah...
(instrumental)
---------------------------------------------------------------------------
#30HariMenulisSuratCinta
Day-5
Hormatku, dewa hujan...
Dari balik jendela usang di rumah kayu yang hangat rancanganku sendiri. Tempat dimana aku mengintip rintik cantikmu dicelah ruas perapian. Tinggal beranjak sedikit, menunggumu di beranda kecil kesayangan. Ditemani cericit si burung parkit, sang teman setia dipucuk ranting cemara.
Merindu petrichor, bau khas ilalang dan wangi tanah basah sesaat kehadiranmu. Ah, kamu pasti hapal apa yang aku suka. Kamu boleh menghadiahkannya padaku, kapanpun kamu bersedia. Deal ya? Namun demi masa, kini aku semakin renta. Keriput dan uban adalah nyata adanya. Aku dan kakek lebih menyukai pelukan. Hanya begitulah kami saling berbagi kehangatan. Tentu selain seduhan teh serta kue empuk low sugar. Juga buku-buku, kacamata tebal, celoteh riang bocah. Kau tahu? Cucu-cucuku senang sekali kalau pelangi kau ajak turut serta ke bumi. Kau seakan doaku yang dikabulkan Tuhan lewat alur liarmu. Aku mencintaimu, hujan.
Sewaktu malam kamu datang. Kami pun kedinginan. Walaupun sweater dan syal bertumpuk melilit raga, tapi entah kurang menolong. Kenapa akhir-akhir ini kamu semacam sedang menumpah marah? Mungkin kamu terprovokasi ingin menguji romantisme kami ya? Uhuk, ku beritahu sesuatu. Dengan atau tanpa kamu, genggaman tangan kami akan terus menyatu. Sepasang cincin yang melingkar dijari manis kami memang sudah kusam, tetapi cincin ini saksi bisu dihari suci perkawinan setengah abad lalu. Yang berhak memisahkan, hanyalah peti mati. Tentu saja, kalau didalam sana kamu tak bisa melihat senyum ompongku. Tetapi kuyakin, kau tak akan pernah meninggalkanku.
Jangan marah lagi seperti hari-hari kemarin, ya sayang. Aku sudah tua. Sebarkan kedamaian. Rasakan detak cinta kami padamu. Titip salam buat raja petir dan ratu pelangi ya... Aku suka kolaborasi warna-warni keindahan yang kalian punya.
Uhuk. Aku si pecinta hujan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar